Alur Cerita Lengkap God of War : Ascension (The Path of Freedom) - Fantastical HQ

Sabtu, 13 Januari 2018

Alur Cerita Lengkap God of War : Ascension (The Path of Freedom)

Baca sebelumnya... God of War : Ascension (Seek the Oracle at Delphi)

Cerita berlanjut setelah Kratos berhasil mengalahkan Megaera di Prison of Damned, dan berhasil merebut kembali Amulet of Uroborus. Sekarang, tujuannya adalah mencari 2 Fury lainnya. Selain untuk merebut kembali barang-barang pribadi Kratos, ini juga bagian dari usahanya menuju jalan kebebasan seperti yang dipesankan Aletheia the Oracle of Delphi. Menurut perkiraan Kratos, mereka bersembunyi di area tangan Aegaeon yang menempel di tebing, area tersebut bernama The Fury Citadel.



Ketika hendak berangkat, tiba-tiba Cerberus keluar melewati portal Underworld disusul rombongan sisa-sisa Megaera's Minnion mengepung Kratos dan memaksanya bertarung. Sebagian besar musuh yang muncul adalah sisa-sisa dari Parasyte milik Megaera yang disebar sembarangan untuk menginfeksi para tahanan ketika pertarungan sebelumnya. Selama melanjutkan perjalanannya, Kratos juga dihadang oleh Empusa dan Cyclops Berserker, makhluk-makhluk ini dibiarkan berkeliaran diluar penjara untuk mencegah kaburnya tahanan, salah satunya Kratos sendiri meski ini bukanlah apa-apa bagi Kratos. Kemudian ia menyusuri seluruh penjara raksasa baik bagian luar maupun dalam, lalu ketika ia memasuki ruangan tiba-tiba berubah menjadi ramai.



The King of Sparta

Kratos yang memasukinya disambut kemeriahan oleh orang-orang yang tampak menggunakan kostum Spartan dan diberi penghargaan oleh Raja Sparta yang kala itu berkuasa. Kratos sadar bahwa ini adalah ilusi yang dihasilkan oleh Tisiphone persis seperti saat bertarung melawan Megaera. Dengan tendangan ala Spartan, Tisiphone terhempas jatuh dan ilusi berangsur-angsur hilang, kemampuan Levitasi-nya mencegahnya jatuh dari atas tebing. Karena sadar dirinya gagal mengelabuhi Kratos untuk kedua kalinya, maka dia terbang menjauh untuk membuat rencana berikutnya.

Selain bertemu dengan monster-monster yang menghadang, dia juga menemukan beberapa catatan-catatan tentang The Furies lainnya yang ditulis oleh seseorang yang dijuluki sebagai The Scribe of Hecatonchires, tak hanya itu bahkan Kratos bertemu langsung dengannya saat tak sengaja memasuki ruangannya.



The Scribe of Hecatonchires

Ketika memasuki ruangan tersebut, orang itu sadar akan kedatangannya tapi dia tetap sibuk dengan tulisan-tulisan yang dia buat, lalu Kratos menanyainya tentang Oath Keeper. Orang yang mengaku dirinya adalah manusia pertama yang dijebloskan di penjara ini menjawab fakta tentang Orkos yang bukan lagi menjadi orang pilihan Ares. Orkos juga mendatanginya setelah berhasil keluar dari penjara, sehingga dia mendapatkan catatan yang lebih lengkap. Kemudian ia menjelaskan seperti ilmuan gila tentang fakta lainnya seperti yang dikatakan Aletheia. Kratos menyelanya bahwa ditelantarkan orang tuanya bukanlah berarti sebab dia mengkhianati keluarganya, lalu penulis gila itu memberi fakta lain bahwa ini karena keberadaan Kratos sendiri lagi pula Sang Spartan akhirnya menerima bantuan Orkos. Meski tidak terima namun ini meyakinkan bahwa Orkos tetaplah orang dibalik kebebasan Kratos.

Selanjutnya Kratos melanjutkan perjalanannya melewati area yang sama saat mengejar Megaera, lalu bertemu dengan beberapa monster penjaga sel tahanan lainnya yaitu Siren Sybil dan Gorgon Cobra. Rintangan dapat dilewati dengan mudah, namun kali ini dia dihadang secara langsung oleh Tisiphone meski ini bukanlah hal yang biasanya. Tisiphone langsung menyerang dengan memanggil burung peliharaannya bernama Daimon. Kratos menahannya hanya dengan menggunakan tangan kosong, lalu mencoba merobek perut burung tersebut guna mengambil barang yang sebelumnya ditelannya. Meski perutnya dirobek, burung itu masih tetap hidup, perutnya kembali normal karena dia salah satu ilusi padat yang dihasilkan Tisiphone dan hanya bisa dibunuh menggunakan Eyes of the Truth. Tisiphone yang merasa tidak punya cara lain, menarik dirinya mundur dan masuk ke dalam markasnya. Tisiphone biasanya memakai ilusi untuk menjebak musuh, namun kali ini bukti bahwa ilusi bukanlah hal yang berguna lagi. Sementara Kratos sudah yakin akan kemenangannya, dia memegang erat benda yang dia dapatkan dan mengingat petualangannya di Delos.




2 MINGGU YANG LALU

Perjalanan berlanjut sejak pelayaranya dari Pelabuhan Kirra (The Harbour of Kirra) menuju Delos. Bersama dengan para nelayan, Kratos menumpang perahu mereka dan berlabuh di tempat. Disana terdapat patung Apollo berukuran raksasa, namun nampak hancur lebur tidak terawat. Para nelayan mengatakan bahwa patung tersebut dipugar oleh Archimedes dan sekarang justru menjadi tempat terkutuk.

Pencarian Eyes of the Truth di Pulau Delos

Setelah Kratos turun, para nelayan buru-buru pergi dari tempat sana karena takut mereka juga akan kena kutukan. Benar saja, baru beberapa langkah Kratos langsung menemukan seseorang yang sekarat terkena tombak diikuti muncul rombongan Satyr yang dipimpin oleh jendral mereka yang berukuran paling besar. Mereka hendak memburu orang-orang yang kemungkinan para pekerja pembuat patung yang tersisa. Nyawanya banyak yang sudah tidak tertolong dan kini Kratos harus membereskan para pengganggu ini. Disisi lain para nelayan yang sudah berlayar cukup jauh dari pulau tiba-tiba diserang oleh monster laut bertentakel raksasa. Mungkin inilah yang disebut kutukan, banyak sekali monster-monster yang mengambil alih tempat ini selain monster laut raksasa dan para Satyr yang berburu manusia. Disini ada juga Elephantaur, Empusa, dan Manticore yang membuat sarang beserta telur-telurnya yang sudah menetas, serta Siren Sybil dan Elemental Talos jenis baru yang diberkati listrik Zeus, entah kenapa ada jenis makhluk dari kekuatan dewa yang diletakkan disini. Banyak pula serangga-serangga Parasyte milik Megaera yang merupakan pertanda bahwa The Furies ada disekitar sini.

Feet of the Statue of Apollo

Head of the Statue of Apollo
The Latern of Delos


Semakin jauh Kratos berjalan dan memanjat patung lalu menuju bagian Lentera (The Lantern of Delos), dia juga dihadang oleh 2 Centaur General dan tentara wanita dari Amazons yang memanggil para Harpy lalu menyerang Kratos karena memasuki area mereka.


Ketika sampai di area yang paling dekat dengan tujuannya tepatnya di area The Gauntlet of Apollo, Kratos memasuki ilusi lagi, jelas ini adalah ilusi dari Tisiphone. Kratos sudah menyadari hal ini, meski begitu untuk lepas dari ilusinya bukanlah hal yang mudah, dia terpaksa harus berhadapan dengan ilusi pasukan tentara Spartan. Disamping para Spartan, Megaera juga ikut bertarung secara langsung dengan Kratos. Secara fisik dialah yang terkuat diantara para Fury, dia mampu bertarung duel melawan Kratos dalam waktu cukup lama, dan satu-satunya Fury yang memilih bertarung secara langsung dengan lebih brutal daripada menggunakan kekuatan ilusi untuk mengelabuhi musuh secara seksual, inilah kenapa dia dijuluki sebagai The Fury of Flesh. Namun kelemahan dari Megaera sendiri adalah sifatnya yang sombong, rakus, ceroboh, dan temperamen/mudah marah.

Megaera the Fury of Flesh




Walaupun diserang oleh 2 Fury sekaligus, Kratos ternyata masih bisa memenangkan pertarungan. Alasan kenapa strategi penangkapan mereka gagal dan berakhir dengan terpotongnya tangan Megaera, dikarenakan metode penangkapan ini diterapkan sendiri oleh Megaera. Kerakusan dan kesombonngannya untuk mengambil alih keseluruhan pertarungan membuatnya merasakan akibatnya, bahkan berakhir dengan kematian Tisiphone meski ternyata dia hanyalah ilusi. Semuanya menjadi terkendali setelah Alecto turun tangan, padahal jika dari awal Alecto-lah yang menangani maka masalahnya tidak akan parah. Kratos tertunduk pada semburan cairan tinta lengket milik Alecto, saking lengketnya bahkan Kratos sendiri tidak bisa memberontak sama sekali, mungkin inilah akhir kekalahannya. Orkos datang tiba-tiba dari belakang Kratos, lalu mengatakan bahwa jika dari awal dia membantunya maka tidak akan berakhir seperti ini. Alecto yang mendengarnya terkejut tidak percaya kalau anaknya sendiri akan bersekutu dengan Spartan, lalu sebelum pergi menggunakan teleportasi Orkos mendeklarasikan kemenangannya kepada para Fury bahwa mulai sekarang merekalah yang akan gagal. Tanpa Orkos, Kratos pasti sudah dijebloskan ke penjara namun dia masih beruntung, ditambah lagi Orkos memberikan batu miliknya bernama Oath Stone of Orkos yang berfungsi untuk menduplikat diri pengguna dengan menciptakan Shadow Clone dan yang paling penting adalah untuk meloloskan diri dari cairan tinta lengket milik Alecto yang suatu saat nanti akan melawannya.

Selanjutnya Kratos mencari jalan lain menuju area Patung Lentera. Sayangnya patung yang menyimpan Eyes of the Truth telah ditenggelamkan oleh The Furies, maka dari itu pilihan terakhirnya adalah membangun kembali patung raksasa tersebut menjadi semula dengan menggunakan Amulet of Uroborus. Tapi karena ukurannya yang sangat raksasa tersebut maka Kratos juga harus naik sampai puncak kepala patung agar dapat mengatur kekuatan Amulet-nya dengan sempurna. Dihadang oleh banyak monster disepanjang jalan adalah hal yang biasa, namun kali ini dia menemukan mayat Archimedes yang tergeletak mengenaskan di meja kerjanya beserta dokumen-dokumen yang berserakan. Hancurnya patung tersebut ternyata juga diikuti sendiri oleh si pembuatnya. Blue print dan desain konsep lainnya tentang patung ini juga ditempel didinding sehingga kita bisa tahu bentuk akhir dari patung raksasa ini.

Archimedes Life Version

Archimedes Dead Version




Sesampainya dipuncak patung, Kratos memulai perbaikannya secara magis. Pembangunan patung yang super megah ini akhirnya terselesaikan secara sempurna hanya dengan hitungan menit, dengan begini pemberian penghargaan Archimedes kepada dewa Apollo akhirnya terwujud dan secara tak langsung Archimedes telah menyelesaikan janjinya seperti yang tertulis dalam buku anggaran miliknya. Selain membangun patung tersebut secara semula, Kratos juga mengaktifkan energi sinar yang akan memancar dari rongga mata patung menuju area lentera, ini bertujuan untuk membuka segel yang mengunci Eyes of the Truth. Setelah semuanya terbereskan dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah memikirkan cara menuju ke area lentera itu sendiri. Dari jauh terlihat Manticore dewasa sedang terbang melintas, Kratos yang masih berada dipuncak melihat situasi ini dari ketinggian lalu bersiap-siap untuk memboncengnya. Manticore yang entah kenapa tidak merasakan insting hewaninya tiba-tiba disergap oleh Kratos tepat dari arah punggungnya. Meski ada pemberontakan, namun cengkraman Kratos dapat mengendalikan arah terbangnya menuju The Latern of Delos. Setelah mendarat, tanpa basa-basi apapun Kratos membunuhnya dan inilah hukum alam yang ada di dunia mitologi Yunani, hanya yang kuatlah yang bisa bertahan hidup.


Kratos memasuki area yang disana terdapat Eyes of the Truth yang dalam keadaan tersegel. Orkos datang menghampirinya, lalu menjelaskan latar belakang dari mata kebenaran milik kekasihnya, Aletheia yang diambil secara paksa oleh ibunya, Alecto. Pada awalnya, Orkos tidak mempercayai perkataan Aletheia bahwa kedua orangtuanya akan meruntuhkan Olympus tapi dengan kekuatan mata Oracle terbuktilah kebenaran tersebut. Dari sinilah Aletheia dan Orkos berencana memberitahu Zeus tentang bencana yang akan datang ini, tapi sayangnya Ares telah mengetahuinya lalu mengirim The Furies pada mereka. Pada hari itu juga Orkos dianggap sebagai pembangkang lalu dijebloskan ke Prison of the Damned meski kemudian dia lolos dengan mudah menggunakan kekuatan Oath Stone, sementara mata Aletheia yang menjadi ancaman dicongkel keluar dengan kejam terlebih lagi dia ditawan di kuilnya sendiri dibawah pengawasan Castor the Prophet oleh perintah para Fury. Dengan begini setelah ancaman mata kebenaran tersebut tersegel maka rencana jahat mereka tak akan terungkap. Setelah Orkos menceritakan semuanya, dia meyakinkan bahwa rencana jahat mereka tidak akan terselesaikan tanpa keikutsertaan Kratos dan mereka takkan berhenti sampai Sang Pejuang kembali pada tuannya. Untuk kali inilah Kratos setuju dengan apa yang dikatakannya.

Setelah memberikan pesannya kepada Kratos pergilah Orkos dengan penuh harap akan kemenangan mereka. Disisi lain, Kratos mencari cara untuk membuka segel yaitu dengan membuka jalan masuknya sinar yang dipancarkan mata Patung Apollo, namun itu masih terkunci dengan rapat sehingga untuk membukanya harus dengan suatu cara lain. Pada ujung ruangan terdapat portal, namun sekali lagi itu juga masih terhalang oleh Fury Barrier. Sebuah sihir ilusi abadi yang dihasilkan oleh para Fury dan hanya bisa dipatahkan dengan satu-satunya cara yaitu dengan menggunakan Eyes of the Truth itu sendiri dan Kratos jelas melakukannya dengan mematulkan kekuatan mata tersebut menggunakan kaca pembesar raksasa yang didesain memang untuk membuka portal tersebut. Portal tersebut menuju ke dimensi lain yang merupakan sisi yang sama dengan area The Latern of Delos, yaitu bernama Trial of Archimedes. Tidak ada yang tahu pasti dimana lokasi tersebut, akan tetapi yang sangat jelas ini adalah tempat dimana patung dewa Nyx (Statue of Nyx) berada yang dibangun dengan kalkulasi yang sama dengan patung dewa Apollo (Statue of Apollo). Ini dapat diketahui setelah Kratos membuka penghalang energi sinar yang keluar dari mata patung raksasa dewa Nyx. Di dalam sini juga terdapat Eyes of the Truth yang sama-sama disegel, kemudian terbuka setelah sinar tersebut mengenai batu permata yang akan me-nonaktifkan segel dan membuka sangkar besinya. Kratos menghampirinya dan disinilah bagian yang tersulit dari keseluruhan permainan. Dari dokumen milik Archimedes yang tergeletak disana, tertulis bahwa perancang tidak akan segan-segan membiarkan hidup seseorang yang berhasil membuka segelnya, dalam hal ini Archimedes benar-benar dipaksa oleh The Furies untuk membuat perlindungan berlapis dan apabila seseorang berhasil melepaskan semuanya maka seseorang itu akan dipaksa untuk bertarung melawan banyak monster-monster kuat. Disinilah pertarungan mematikan terjadi, entah ini hanya sebuah ilusi atau nyata namun yang jelas Eyes of the Truth sama sekali tidak bekerja pada mereka dan yang paling penting untuk peristiwa ini adalah bunuh mereka semua atau terbunuh oleh mereka. Pertarungan yang terdiri dari 3 gelombang ini sangatlah merepotkan tapi juga harus dilakukan untuk menyelesaikan permainan. Apabila Kratos berhasil melakukan rintangan ini maka permainan berlanjut dan Eyes of the Truth menjadi miliknya seorang. Namun yang dia dapatkan bukanlah yang asli, ini hanyalah jebakan yang gunakan para Fury untuk mematikan si pencuri. Inilah yang disebut perlindungan berlapis, tidak hanya segel tapi juga rintangan dan jebakan.


Ketika seorang pencuri itu berhasil mematahkan semua hingga membuka segel terakhir, yaitu membuka gerbang raksasa yang menghalangi jalan pancaran sinar dari mata patung Apollo, maka langkah terakhirnya adalah menunggu segel itu terbuka lalu mengambil mata kebenaran itu lebih dulu, dan inilah strategi yang dilakukan The Furies untuk menangkap Kratos. Ketika dia hendak mengambil hadiah kemenangannya, dia dihadang oleh ketiga Fury dengan Orkos sebagai tawanan. Akhirnya kita bisa tahu bahwa selama Kratos membuka segel-segel yang ada dengan leluasa, The Furies bukannya menghalangi Kratos namun mengejar Orkos terlebih dahulu, inilah yang disebut Tisiphone sebagai rencana istimewa hanya untuk Orkos. Ide brilliant para Fury membuat Kratos sepenuhnya tidak bisa berkutik dan mengakui kekalahan. Teknik penangkapan yang sama ini ternyata masih bekerja terhadap Kratos karena dia lengah terhadap Oath Stone-nya yang berhasil terebut oleh Daimon sementara Megaera tidak dikuasai oleh amarah balas dendamnya sehingga dia juga tidak berbuat masalah lagi. Tanpa bantuan Orkos maupun Oath Stone miliknya, Kratos hanyalah seperti lalat yang masuk dalam perangkap laba-laba. Inilah pengalaman terburuk 2 minggu yang lalu bagi Kratos, jiwanya hampir hancur gara-gara siksaan yang kejam dari para Fury di ujung kepala Hecatonchires.


Dengan mengingat itu semua, Kratos yakin dengan keputusannya kemudian melanjutkan pengejarannya sampai pada Alecto's Chamber. Ketika memasuki ruangan tersebut, disini Kratos merasakan sesuatu yang damai sekaligus menyedihkan. Meski ini hanya ilusi, namun ini bernar-benar dirancang senyata mungkin, bahkan kalung dan cincin berharganya tidak mampu mengatasinya. Kratos akhirnya larut dalam ilusi yang indah ini, disana dia menemukan anaknya bernama Calliope sedang tidur terlelap di ranjangnya, dengan jiwa keayahannya dia membelai lembut dan mencium anak kesayangannya. Ini adalah peristiwa yang ingin dirasakannya, dia merasa sudah pergi cukup lama dari mereka, kemudian istrinya bernama Lysandra mendatanginya dengan penuh perasaan.

Calliope, anak pertama Kratos

Lysandra, istri pertama Kratos

Dia sebenarnya adalah Alecto yang menyamar menggunakan ilusi ditambah dengan daya seksual wanita untuk menarik seorang pria seperti Kratos sebagai istri dalam ilusi. Kratos akhirnya menyadari setelah melihat cincin palsu yang dikenakan Lysandra palsu tersebut, hal ini membuat Alecto menyerah untuk bermain-main dengan Kratos. Kemampuannya dalam mengendalikan jiwa orang lain membuatnya sangat efektif dalam menggunakan ilusinya, ini alasan yang menjelaskan gelarnya sebagai Fury of the Soul. Dengan negosiasi yang terakhirnya, Alecto menawarkan ilusi menyenangkan tersebut sebagai gantinya dia mau melayani Ares seumur hidupnya. Tentu saja Kratos menolaknya dengan lantang, hal ini membuat Alecto marah dan berniat membunuhnya. Cara yang sama ternyata tidak bekerja untuk ketiga kalinya, kali ini Kratos benar-benar memegang erat Oath Stone miliknya dan berhasil merebut Eyes of the Truth. Alecto mundur menuju arena pertarungan diikuti Tisiphone mendekati saudaranya, meski dia masih berusaha membuat Fury Barrier tapi itu sudah tidak berguna sehingga pilihan terakhir adalah bertarung secara langsung.

Selain sebagai Fury of the Soul, Alecto memperkenalkan gelar dirinya sebagai The Queen of Fury, satu-satunya yang dihitung secara keseluruhan dia menjadi yang terkuat diantara The Furies. Dia dapat mengubah dirinya menjadi monster laut raksasa yang memiliki 6 tentakel bernama Carybdis. Seiring dengan perubahannya, Tisiphone menciptakan ilusi kekalnya dengan mengubah tempat Alecto's Chambers menjadi lautan berbadai. Dia memiliki gelar sebagai Fury of Mind, Tisiphone menjadi yang terkuat dalam hal kekuatan penciptaan ilusi. Ini dapat diketahui selain dapat mengubah arena pertarungan, hanya dialah yang dapat menciptakan ilusi-ilusi padat seperti Fury Barrier yang terdapat pada portal patung Apollo maupun Nyx, ilusi hewan peliharaannya (Daimon), dan Fury Barrier yang diciptakan tepat sebelum pertarungan ini. Setelah Alecto sepenuhnya menjadi monster, dia langsung menjeburkan diri di laut lalu menciptakan pusaran air raksasa, sementara Kratos bertarung melawan ilusi pasukan Spartan dan Tisiphone bersama Daimon diatas kapal yang hampir karam.

Tisiphone the Fury of Mind

Alecto the Fury of Mind and the Queen of Fury

Charybdis the Monster Mode of Alecto

Semakin pertarungan berlarut, Tisiphone semakin terdesak dan disinilah Alecto ikut bertarung. Pertarungan bergantian antara Alecto dan Tisiphone seolah tidak ada habisnya. Hingga pada akhirnya, Alecto mulai kelelahan dan luka pada dahinya terlihat dengan jelas, dari sinilah Kratos memulai serangan terakhirnya yang berpusat pada lokasi luka menganga tersebut kemudian berakhirlah masa hidupnya. Alecto berubah menjadi wujud manusia lagi dan tampaknya sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi, sementara Kratos mendekatinya untuk mengakhiri hidupnya. Tisiphone yang tak jauh dari sana langsung menghalangi Kratos dan menyerangnya menggunakan Daimon. Kratos yang sudah memiliki senjata yang ampuh untuk melawannya, maka ia gunakanlah untuk membasmi ilusi kekal tersebut dengan membunuh Daimon. Pikiran Tisiphone menjadi kacau setelah Daimon lenyap, kemungkinan hewan peliharaannya itu adalah sumber asal dari kekuatannya karena terlihat bahwa kepala Tisiphone merasa kesakitan saat Daimon diserang oleh Kratos menggunakan kekuatan Eyes of the Truth. Sebelum membereskan Alecto, Kratos beralih untuk membunuh Tisiphone terlebih dahulu namun dengan kekuatan liciknya, Tisiphone mengubah dirinya menjadi Lysandra. Wajahnya benar-benar membuat Kratos tidak tega membunuhnya, namun Kratos memberanikan diri untuk mematahkan lehernya. Kematian Tisiphone diikuti kematian Alecto mengakhiri ikatan sumpahnya dengan Ares, dan Kratos akhirnya menemukan jalan kebebasannya.


Untuk menjalani masa kebebasannya, Kratos pulang kerumahnya yang sebenarnya yaitu di Sparta. Dengan ditemani oleh Orkos yang sekarang menjadi satu-satunya keluarga yang tersisa. Orkos hampir tak percaya pada Kratos bahwa jalan sulit yang dia tempuh justru menjadi pilihannya, lalu Kratos menjawabnya bahwa lebih baik hidup dalam kenyataan dari pada dalam ilusi semata. Perkataan selanjutnya inilah yang kemudian disayangkan bagi Kratos, karena ternyata dewa Ares masih memegang ikatannya. Sebelum kematian para Fury, ternyata Orkos kembali dijadikan pemegang sumpah (Oath Keeper) dan menancapkan Oath Stone sebagai bukti. Dari situasi sekarang, Kratos memang terbebas dari kejaran para Fury, namun ikatannya dengan Ares tidak akan terputus selama masih ada Fury yang terakhir yaitu Orkos, maka dari itu Orkos harus terbunuh ditangan Kratos. Pada awalnya, Kratos sudah tidak ingin membunuh siapapun apalagi kepada orang yang tidak bersalah, akan tetapi karena sudah tidak ada cara lain lagi sementara Orkos yang tidak ingin hidup menderita lebih lama sebagai Oath Keeper maka Sang Spartan mengakhiri hidupnya dengan kematian yang terhormat. Setelah ikatan sumpah terputus, ingatan menyakitkan Kratos teringat kembali, kebenaran akan pembunuhan-pembunuhan penuh ambisi yang dia lakukan terutama terhadap istri dan anaknya menjadi mimpi buruk yang akan menghantui hari-harinya.

Sebagai langkah awal dalam memulai hidup baru, malam itu juga Kratos membakar satu-satunya rumah miliknya beserta jasad Orkos didalamnya lalu meninggalkannya pergi untuk mengembalikan sesuatu yang telah dia lakukan. Di hari-hari berikutnya, Kratos akan menghadapi kehidupan yang nyata dengan memikul dosa-dosa yang telah dia perbuat dan untuk membersihkan dosa tersebut maka dia harus bekerja untuk para Dewa Olympus selama 10 tahun kedepan.

Inilah akhir cerita dari God of War : Ascension

1 komentar:

  1. Terima kasih...membantu sekali memahami cerita awal god of war..sebelumnya juga abis baca alur cerita ff7 disini...dikemas berurut diselingi video..sehat dan sukses gan..

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Silahkan, Beri komentar tentang artikel ini, dan beri request alur cerita serial game lainnya