Pertarungan Alrik dan Kratos membuat Ambrosia tercecer hingga tak sadar bahwa tubuh mereka telah terkena efek dari ramuan tersebut, sehingga mereka menjadi abadi untuk sementara waktu. Kratos yang telah menyadari efek dari Ambrosia, membuatnya menjadi semakin yakin akan khasiat penyembuhan yang diluar nalar itu.
ISSUE 6
Kratos memberikan serangan yang kuat kepada Alrik sehingga mereka berdua terjatuh dari Rocs yang dinaikinya menuju daratan yang nyaman untuk melanjutkan pertempuran. Walaupun mereka berdua jatuh dari tempat yang curam dimana seorang manusia biasa-pun pasti akan mati, tapi tidak dengan mereka berdua. Ini terjadi bukan karena mereka memiliki tubuh yang super kuat, namun karena efek dari keabadian Ambrosia sehingga kerusakan yang ada akan teregenerasi dan menjadi abadi untuk sementara.
Sekarang, keduanya akan berhadapan sekali lagi dan untuk terakhir kalinya hingga salah satu diantara mereka menyerah atau mati. Untuk kali ini, Kratos merasa bahwa dirinya sudah berada diambang kemenangannya, karena kartu AS dari pertempuran ini sudah ada ditangannya yaitu Kepala Danaus Sang Komandan Hewan Liar. Dengan meneriakkan kemenangannya, Kratos mengangkat tinggi Kepala Danaus untuk memerintahkan para Rocs agar menyerang Alrik. Saat ini tubuh Alrik memang masih mampu beregenerasi sehingga mencegah dirinya mati dari serbuan Burung Raksasa tersebut, namun hal ini justru menjadikan siksaan abadi yang amat sangat menyakitkan.
Akhirnya, kekalahan Sang Pangeran Barbarian menjadi penutup dari pertempuran yang tak mengenal ampun ini, dia akan terus merasakan cabikan-cabikan Sang Burung Raksasa hingga ramuan Ambrosia yang menempel ditubuhnya benar-benar terkuras habis lalu kematian yang sebenarnya akan dirasakannya dengan penuh siksaan. Disisi lain, kemenangan Kratos akan menjadi sebuah kebanggan yang bukan hanya dari sisi Kratos dan Sparta tapi juga Dewa Ares itu sendiri yang dengan bangganya memenangkan Taruhan para Dewa.
Pada waktu yang sama, malam bulan purnama sudah terlewatkan. Matahari yang bersinar keemasan mulai terbit dari ufuk timur, dan upacara pengorbanan yang sakral ini tidak boleh ditunda lebih lama lagi. Sang Raja Sparta-pun sekali lagi mengucapkan sebuah kalimat yang penuh makna demi keberlangsungannya negara yang dia pimpin. Sementara Lysandra Sang Istri Kratos sangat percaya kepada suaminya yang pasti akan memegang janjinya untuk kembali disaat waktu yang tepat, tapi kedatangan Kratos memang belum terlihat sehingga dengan ini dimulailah upacara tersebut. Seiring Raja Sparta memanjatkan harapan akan kejayaan Sparta kepada para Dewa Olympus, saat itu pulalah Calliope dijatuhkan dengan bebas dari Puncak Taygetos untuk membayarkan tumbalnya.
Dari kejauhan mendadak terdengarlah suara kepakan burung yang lambat laun terdengar semakin keras. Dialah Kratos, dengan kecepatan penuh dia memacu Rocs untuk menukik ke arah jurang yang mana Calliope juga terlihat sangat mungil terjun dengan drastis menuju dasar jurang. Kesigapan Kratos dalam kondisi yang berbahaya ini akhirnya dapat ia atas dengan sangat tepat sasaran. Apa yang dilakukan oleh Kratos ini memang terlihat seperti seorang pahlawan, namun ini justru menimbulkan sebuah kontroversi diantara hukum yang berlaku di Sparta. Berdasarkan hukum yang telah dijatuhkan yaitu Calliope telah dinyatakan mati, itulah yang seharusnya terjadi. Perdebatan antara Kratos dengan Raja Sparta-pun mulai memanas, termasuk argumen bahwa Kratos telah mendapatkan Ambrosia seperti yang dijanjikan jadi seharusnya Sang Raja memberikan suatu penghargaan untuk membuktikan kebenaran Ambrosia kepada putrinya, namun apabila dia gagal membuktikannya maka Calliope telah ditakdirkan untuk mati. Itulah argumen bijaksana yang dilontarkan Lysandra kepada Sang Raja Sparta. Mendengar apa yang dikatakan Lysandra, Raja memberikan apresiasi besar kepada istri Kratos itu dan diberikanlah Kratos kesempatan untuk membuktikan kebenaran dari Ambrosia.
Kratos memberikan satu tegukan ramuan Ambrosia kepada putri tercintanya, sehingga dengan ini terselamatkanlah Calliope dari hukum yang mengikatnya. Wajahnya yang sebelumnya tampak buruk rupa, sekarang berubah menjadi bersih tanpa adanya kecacatan sedikitpun. Sementara sisa ramuan Ambrosia dikembalikan kepada Raja Sparta untuk kepentingan seluruh penduduk Sparta, sehingga teror wabah yang mengancam bangsa tersebut akhirnya bisa dihentikan. Kratos telah melakukan hal yang membuat bangga Sparta, dengan begini layaklah dia untuk diangkat menjadi seorang Kapten yang kelak akan memimpin berbagai peperangan demi kejayaan Sparta.
Disamping Kratos, Lysandra, dan Calliope yang akhirnya dapat membangun sebuah keluarga bahagia, Alrik Sang Pejuang Dewa Hades juga tidak berakhir terlalu tragis. Hal ini karena Alrik ternyata diselamatkan nyawanya oleh Hades sendiri tepat sebelum Ambrosia yang menempel ditubuhnya habis tak tersisa. Kali ini, Hades memberikan perintah langsung kepada Alrik untuk melakukan sesuatu yang mana kelak Kratos akan memutuskan pilihan yang mengubah seluruh hidupnya. Kematian Sang Ayah yaitu Raja Barbarian membuat Alrik menyimpan dendam kesumat kepada Kratos, sumpahnya untuk membuat Kratos menderita kelak juga akan terbayarkan.
PEJALANAN KEDUA MENUJU POHON KEHIDUPAN - LANJUTAN ISSUE 3Ingatan peristiwa masalalu Kratos telah terukir di kepalanya dengan sangat terperinci. Sekarang, demi mencegah kemungkinan Ares bangkit kembali karena ramuan penyembuhan itu, maka Kratos bergerak menuju Pohon Kehidupan untuk kedua kalinya. Ketika Kratos telah memasuki gua tempat lokasi pohon tersebut berada, terlihatlah beberapa kerusakan yang parah pada lingkungan disana, dikarenakan panasnya pertarungannya dulu dengan Cereyon yang membakar hampir seluruh daratan kecuali Pohon Kehidupan itu sendiri.
Setelah mengamati pemandangan yang nampak berubah tersebut, Kratos memasukinya dengan santai walaupun ada hal yang diluar dugaan mendadak datang menimpanya. Secara tiba-tiba suara horror memanggil-manggil nama Kratos, entah darimana datangnya suara itu tapi yang jelas tanah yang Kratos pijak, sekarang berubah menjadi sesuatu yang hidup dan membuka banyak sekali bola mata kemarahan yang melotot kearahnya. Tak hanya jumlah mata besar yang banyak bermunculan, tapi juga mulut-mulut lebar bergigi tajam yang siap melahap Kratos kapanpun juga.
"Aku dan saudaraku terlahir sebelum lahirnya dunia ini. Diper-ayah oleh Uranus, dialah yang menciptakan kami. Dilahirkan dari perut Gaia Sang Ibu Tanah Air. Kamilah Sang Raksasa Penghancur, Si 50-kepala dan 100-tangan." - Gyges the Hecatonchires
Monster bernama Gyges ini adalah sejenis Hecatonchires yang memiliki 2 saudara sejenisnya bernama Briareus (alias : Aegaeon) dan Cottus. Salah satu saudaranya bernama Briareus memiliki julukan lain yaitu Aegaeon the Hecatonchires (dalam
God of War : Ascension) yang mana dia memiliki reputasi buruk dimata Dewa Olympus atas perbuatan pembangkangannya kepada Zeus Sang Raja Olympus sehingga dikutuklah dia oleh The Furies menjadi penjara hidup bernama Prison of Damned. Kali ini, Kratos bertemu lagi dengan monster yang sama walaupun ternyata Gyges memiliki masalah yang serius dengan Kratos. Akibat pertarungannya dulu dengan Cereyon ternyata menimbulkan kerugian bagi Gyges yang mana seluruh ratusan tangannya saat itu ikut terbakar habis, sehingga saat ini dia kehilangan banyak kekuatan yang harus diterima. Selain itu, mengambil Ambrosia tanpa seizinnya ternyata tergolong masalah yang serius karena Gyges sangat membutuhkan ramuan penyembuh tersebut untuk tetap hidup abadi layaknya seorang Dewa Olympus, namun karena Kratos datang menghancurkan semuanya maka kemarahanpun dilimpahkanlah padanya.
Kratos mengaku datang bukan untuk mencuri Ambrosia, melainkan karena urusannya dengan Ares yang telah membuat masalah dengan dirinya jadi apapun yang membuatnya bisa bangkit kembali maka Kratos akan hentikan, walaupun itu harus mengorbankan nyawa Gyges sekalipun. Pada pertempuran ini, Kratos sangatlah mendominasi dengan kekuatan Dewa-nya dan Blades of Athena. Belum lagi, ketika itu Kratos menemukan Api Apollo yang ternyata masih tertinggal di gua tersebut, sehingga dengan ini bukan hanya ratusan tangan Gyges saja yang akan terbakar namun nyawanya-pun akan hangus dalam kobaran, termasuk Pohon Kehidupan dan ramuan Ambrosia itu sendiri. Tidak akan ada yang bisa bertahan hidup dari panasnya api hijau milik Dewa Apollo, baik Gyges maupun Pohon Kehidupan itu sendiri. Pada akhirnya target sasaran Kratos telah musnah, begitu juga Ares, harapan terakhirnya untuk kemungkinan bangkit dari kematian telah sirna. Meski para pengikut Ares akan marah besar atas apa yang Kratos lakukan, dan walaupun mereka semua akan merencanakan sesuatu untuk melakukan pembalasan, The Ghost of Sparta akan selalu siap melayaninya.
Baca selanjutnya... God of War : The Ghost of Sparta